“Yuna
bangun! Sudah saatnya sekolah.” Kata ibuku. “Iya, iya ma, ini sudah bangun
kok.” Jawabku. Aku langsung bergegas untuk mandi lalu makan. Aku tidak ingin
terlambat di hari pertamaku menjadi siswa resmi di Hawthorne Senior High
School. Hawthorne adalah SMA terfavorite di kotaku.
Sesampainya
di sekolah aku langsung buru-buru menuju kelasku dan tak lama kemudian... Teettt..
teeett.. bel tanda masuk kelas pun berbunyi. “Yuna kamu sudah mengerjakan PR
Matematika belum?” tanya Prita kepadaku. “Astaga! Aku lupa! Prit aku pinjem
buku PR mu dong.” Pinta ku pada Prita. Tapi semuanya terlambat. Pak Kino yang
sangat kiler itu sudah memasuki kelasku. “Ayo anak-anak letakkan buku PR kalian
semua di atas meja, yang tidak mengerjakan silahkan langsung meninggalkan kelas
ini.” Kata Pak Kino. “Yaahh keluar kelas deh kalau begini caranya.” Kataku pada
Prita.
Aku
merasa sangat lega, ternyata tidak hanya aku yang tidak mengerjakan PR. Saat
aku berjalan keluar kelas aku terus memandangi seorang cowok yang juga tidak
mengerjakan PR miliknya. Dia memang sekelas denganku tetapi aku belum sempat
berkenalan dengannya. “Hai namamu siapa? Kenalin aku Cleo.” Katanya kepadaku,
aku sangat kaget, karena seolah-olah dia tahu apa yang sedang aku pikirkan. “Hey.”
Katanya lagi karena aku hanya diam saja. “Oh. Halo namaku Yuna, senang
berkenalan denganmu.” Kataku sambil menahan tawa, entahlah rasanya ada yang
lucu dengan caranya mengajakku berkenalan. Akhirnya aku dan Cleo terus
berbincang-bincang mengenai diri kami masing-masing, dan kami mulai
semakin akrab.
Tidak
terasa waktu begitu cepat berlalu. Teeettt.... dan akhirnya jam pelajaran Pak
Kino pun habis. “Hari ini aku sial
banget tau nggak sih.” Kata ku pada Prita. “Ya mau bagaimana lagi. Salahmu
sendiri kamu lupa mengerjakan PR hahaha.” Kata Prita sambil tertawa. “Yee malah
diketawain!” kataku sewot.
~~~
Malam
harinya, aku duduk di meja belajarku. Aku mengambil buku diariku dan mulai
menulis.
Dear diary,
Hari ini hari pertamaku masuk di
sekolahku yang baru.
Rasanya sangat menakjubkan.
Hari ini aku berkenalan dengan
seorang cowok,
Entahlah aku tidak tau apa yang aku
rasakan tetapi saat aku berada di dekatnya aku merasa seakan-akan semuanya
begitu damai, dan semua masalahku hilang.
Diary, Aku ingin bertanya. Apakah
menurutmu aku dan dia akan menjadi sesuatu yang lebih dari teman? Semoga.
~~~
Keesokan
harinya,
Pagi
ini aku merasakan hal yang sangat berbeda. Aku sangat bersemangat untuk
mengawali hariku. Sesampainya di sekolah, aku berlari-lari kecil menuju kelasku.
Hari ini aku sengaja datang lebih awal untuk memilih tempat duduk. Sesampainya
di kelasku aku langsung memilih tempat duduk yang ku ingini. Baris kedua dari
depan, pojok dekat jendela. Kurasa itu memang suasana yang strategis, jadi jika
aku bosan dengan pelajaran yang diajarkan aku bisa memandangi awan.
Tak
lama kemudian banyak murid-murid sudah berdatangan. Hari ini jam pelajaran di
sekolah terasa sangat cepat, mungkin karena suasana hatiku sedang senang.
Teeett... Bel istirahat pun berbunyi. “Hey Yuna, mau makan di kantin
bersamaku?” ajak Cleo. “Cieee cieee Yuna.” Ejek Prita, yang duduk di sebelahku.
“Ih apaan sih kamu Prit, dah deh diem aja. Hahaha.” Kataku pada Prita. “Gimana
nih mau apa enggak?” tanya Cleo lagi kepadaku. “Iya deh.” Jawabku sambil
berdiri. “Loh loh ini kok aku ditinggalin?” kata Prita. “Hahaha kamu makan
sendiri aja Prit.” Kata Cleo sambil berjalan. “Dada Prita....” kataku seraya
berjalan menyusul Cleo. “Huh awas ya kalian!” teriak Prita.
~~~
Hari
hari demi hari berlalu. Aku mulai berani melewati banyak hal bersama dengan
Cleo. Kita menghabiskan waktu dengan langkah yang sama, bersenda gurau dan
lain-lain. Kurasa aku merasa selalu merasa senang jika aku berada di dekatnya.
~~~
Malam
harinya, kringgg... kringgg... tiba-tiba telepon rumahku berbunyi. Aku berlari
untuk mengangkatnya. “Halo Yuna, besok ada PR atau tidak?” tanya seseorang di
ujung telepon. Aku sudah mengenali suaranya, dia Cleo. Aku sangat senang
mendapat telepon darinya. “Besok? Nggak ada kok. Kamu Cleo kan?” kataku. “Iya
hahaha. Makasih ya Yuna. Yasudah ya aku mau ngelanjutin belajar dulu.” Kata
Cleo. “Iya, sama-sama.” Kataku serasa menutup telepon.
Setelah
itu aku memasuki kamar dan mulai menulis pada buku diary ku.
Dear diary, dia menelponku hari
ini.
Mendengar suaranya membuatku
tiba-tiba teringat setiap kali dia tersenyum padaku, aku merasa mungkin sedikit
demi sedikit aku mulai suka padanya.
Oh diary, aku pikir aku tidak dapat
menyembunyikan perasaan ku lagi.
Tidak bisakah aku mencintainya? Aku
ingin selalu menjadi satu-satunya alasan baginya untuk tersenyum. Tidak bisakah
dia menerima itu?
Tidak bisakah aku menjadi satu-satunya
yang ada di hatinya?
Tidak bisakah dia mengerti
perasaanku ini?
Semoga dia bisa mengerti.
~~~
Siang
itu, hey! hey! you! you! i know that you like me no way! no
way! i know it's not a secret hey! hey! you! you! i want to be your girlfriend Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi.
Aku segera menerima panggilan masuk tersebut. “Halo Yuna, Ini aku Prita, cepat
ke rumah sakit Medistra ya.” Kata Prita dan langsung memutuskan panggilan.
“tuttt..tttuuutt..tuuutt...” “Eh? Halo halo?” kata Yuna, Yuna langsung bergegas
menuju Rumah Sakit tersebut.
Sesampainya di rumah sakit, Yuna
mendapatkan sms dari Prita, isinya Kamar
Mawar 104. Aku segera berlari-lari kecil menuju kamar tersebut. Setelah aku
bertemu dengan Prita, dia menceritakan semuanya. Ternyata mobil
yang ditumpangi oleh Cleo tabrakan. Untungnya Cleo selamat dari kecelakaan maut
tersebut.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 19:00 malam, aku masih terjaga, dengan penuh harap
menatap Cleo yang memakai berbagai alat medis di tubuhnya segera sadar. Aku
rasa aku seperti orang yang linglung. Aku bingung caranya menyusun kata-kata
untuk menghiburnya saat dia sadar nanti. Tanganku yang daritadi sudah
menggenggam tangannya terasa mulai berkeringat. “Yuna sebaiknya kamu pulang
saja. Besok kamu bisa kembali ke sini lagi untuk menjenguk Cleo.” Kata Prita.
“Baiklah Prit.” Kataku pada Prita.
Aku
segera mengambil telepon genggamku dan menghubungi Mamaku untuk minta dijemput.
Sesampainya di rumah aku langsung menulis pada buku diary ku.
dear diary,
aku tidak ingin
kehilangan dirinya.
Diary, semoga dia
segera sadar
dan kembali menggunakan
canda tawanya untuk mengisi hari-hariku lagi.
~~~
Keesokan
harinya, aku kembali mengunjunginya ke Rumah Sakit. Aku sangat kaget saat
melihatnya memukul-mukul kakinya sendiri. Tangannya gemetar hebat. Aku berjalan
perlahan menghampiri Cleo. Aku hanya bisa menepuk bahunya berkali-kali dan
hanya mampu mengucapkan kata “sabar”. Saat aku melihat wajahnya, matanya sudah
bengkak, wajahnya tidak lagi berseri-seri seperti saat pertama kali aku
mengenalnya.
“Tinggalkan
aku sendiri.” Bentaknya kepadaku. Aku sangat kaget, aku tak dapat berkata
apa-apa. Aku hanya bisa diam dan tidak lama kemudian Mama Cleo datang. “Yuna
sebaiknya kamu pulang dulu, mungkin Cleo belum bisa menerima keadaannya saat
ini.” Kata Mama Cleo kepadaku. “Baik tante. Tetapi jika saya boleh bertanya,
apakah kaki Cleo tidak bisa disembuhkan?” tanya ku. “Tante tidak tau Yuna,
tetapi kata Dokter dengan usaha yang sungguh-sungguh dan dengan bantuan Tuhan,
tante yakin bahwa Cleo bisa sembuh walaupun memakan waktu yang lama.” Jelas
Mama Cleo dengan sabar. “Oh makasih tante.”
Keesokan
harinya aku datang kembali ke Rumah Sakit. Tetapi Cleo masih tidak mau bertemu
denganku. Jujur aku sangat sedih, tetapi aku tidak pernah menyerah. Setiap hari
aku terus datang membawakan buah-buahan dan lain-lain. Walaupun aku tidak
pernah bertemu langsung dengan dirinya.
Sampai
pada suatu hari aku memberanikan diri untuk menemui dirinya lagi. Aku tidak
takut jika dia akan mengusirku lagi, yang jelas aku hanya ingin membantu dan
menemaninya. “Hai Yuna, kamu nyari Cleo ya? Sekarang dia lagi di ruang terapi
lebih baik sekarang kamu menyusulnya.” Kata Prita kepadaku. “Sip!” kataku
sambil mengacungkan jari jempolku kepada Prita.
Aku
melihat Cleo sedang belajar berjalan. Aku berusaha membantunya dengan memengang
tangannya. “Aku bisa sendiri!” Bentak
Cleo dambil menghempaskan tanganku. Aku hanya diam dan terus menatapnya. “Kenapa sih kamu selalu
datang kesini? Nggak usah sok peduli sama aku. Aku tau kok kamu Cuma kasihan
kan sama aku.” Kata Cleo lagi kepadaku. “Ta... tapi nggak kayak gitu.” Kataku
gugup. “Nggak kayak gitu gimana? Aku nggak mau semua orang sok sok mengasihani
aku.” Kata Cleo. “Enggak Cleo, aku benar-benar peduli sama kamu.” Kataku. “Aku
bakalan terus nemenin kamu latihan kok sampai kakimu bener-bener pulih.” Kataku
untuk meyakinkan Cleo. “Terimakasih ya Yuna, kamu memang sahabat terbaikku. Aku
sangat lega karena Cleo sudah tidak menjauhiku lagi.
Bulan
demi bulan berlalu, akhirnya Cleo dapat berjalan dengan normal kembali.
Akhirnya Cleo dapat berjalan tanpa bantuan tongkat. hey! hey! you! you! i know that you like me no way! no
way! i know it's not a secret hey! hey! you! you! i want to be your girlfriend.
Tiba-tiba telepon
genggam ku berbunyi, ternyata itu telepon dari Cleo. “Halo?” kataku. “Halo
Yuna, bukain pintu dong aku sudah di depan rumahmu nih sekarang.” Kata Cleo.
Aku segera berlari dan membukakan pintu untuk Cleo. “Nih untuk kamu.” Kata Cleo
sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Boleh aku membukanya sekarang?”
tanyaku. “Tentu.” Jawab Cleo. Ternyata isinya adalah buku diary. “Terimakasih
Cleo” kataku. “Sama-sama.” Katanya sambil tersenyum. “Buku diary baru untuk
kisahku yang baru hahaha.” Kataku dengan pelan sehingga Cleo tidak
mendengarnya.
Aku mulai menulis di lembar pertama
buku diaryku yang baru.
Dear diary, aku sudah
meyakinkan diriku sendiri tentang hal ini.
Ternyata memang benar
perasaan ini tidak peduli apa yang telah terjadi dan bagaimana keadaannya. Yang
jelas aku hanya ingin mempertahankan senyum pada wajahnya, dan itu tidak
terhitung oleh waktu lamanya, tidak hanya dulu sekarang atau nanti. Tetapi
untuk selama-lamanya. Dan sekarang aku tau, Cleo, sepertinya aku mencintaimu. Walaupun mungkin sekarang bukan waktu
yang tepat untukmu mengetahuinya. Tapi aku yakin suatu saat kau akan mengerti
dan dapat membalas semua perasaanku.
~~~
“Hayoo..
Yuna nulis apaan itu?” kata Cleo. “Ih apaan sih? Mau tau? Kejar aku dong
Hahaha.” Kataku sambil berlari. “Awas ya kamu Yunaaaa! Kamu curangg..” teriak
Cleo sambil berlari menyusulku. “Ya memang benar. Sepertinya aku benar-benar
mencintaimu.” Kataku dalam hati.